Friday, 18 March 2016

Hati Kecil Berbisik Sepi




Aku Harus Berlari Sejauh Mungkin, melewati batasan tanpa aku tahu dimana finishnya.
Walau sebenarnya aku tahu kerikil tajam selalu ada disetiap langkahku ketika aku berlari.
Kerikil yang akan menusuk bagian telapak kakiku.

Ingin rasanya aku menembus langit tapi itu mustahil. Mustahil bisa kelangit tanpa sayap. Aku bukan burung yang memang sudah di takdirkan Tuhan memiliki sayap.

Aku bagaikan asap hitam yang gosong, lalu tinggal terbawa angin di udara.
Dan terus mengikuti arah angin tanpa, kepastian yang jelas karena harus berhenti dimana.
Tempat terakhirku, tempat aku akan hilang dibasahi air hujan.

Sejujurnya aku ingin seperti burung. Dapat terbang kemana pun aku suka. 
Tapi kesunyian datang sesekali menakut - nakuti diriku.
Malam yang sepi menjadi sunyi datang bagaikan hujan badai yang ingin menghampiri.

Datang dari arti sebuah keberhasilan dan kegagalan. Keduanya terlihat begitu dekat dan bersamaan. Hingga aku ingin merubah setiap kali kesunyian akan datang. 

Dan ku putuskan mendatangi tempat - tempat keramaian.

Namun  ditengah keramaian aku terus merasa sunyi dan sepi. 

Ternyata rasa sunyi itu datang dari hati kecil yang merasa sepi.



No comments:

Post a Comment