Bagaikan panggung sandiwara yang begitu indah, dengan gemulai kau permainkan peran itu. Hingga aku terbuai dengan kepalsuan diantara kita. Aku tak pernah menyadarinya saat - saat indah bersamamu waktu itu.
Seakan dunia memang milik kita berdua, tapi sayang yang aku tahu saat ini ternyata dunia itu hanya milik aku bukan milik kita.
Dan mimpi itu, itu juga adalah mimpi ku bukan mimpi - mimpi kita.
Aku bahkan tak pernah tahu mengapa kamu melakukan semua itu, mungkin ini hanya sebuah canda tawa dalam hidup. Tapi hati yang sudah menaruh harapan begitu besarkan kau hancurkan begitu saja. Terasa sangat perih memang, seperti disayat - sayat dan dikuliti oleh pemotong daging.
Hampir bertahun - tahun aku mengobati luka itu luka lama yang sebenarnya tak lama saat dijalankan bersama Mu. Butuh waktu untuk menjadi bangkit. Aku selalu mengingat kenangan - kenangan indah kita dikala itu. Kau menginginkanku sebagai permaisuriMu yang akan menjaga bibit - bibit lucu dari kita. Aku menjaga seisi rumah itu bersama anak - anak kita kelak. Begitu yang pernah kau ungkapkan dari segelintir mimpi - mimpi kita.
***
Tapi tak kusangka kau bermain dibelakangku, kau gandeng wanita lain. Ternyata bukan diriku yang menjadi pilihanmu. Bukan aku, bukan aku yang akan meraih mimpi itu menjadi kenyataan. Bukan aku yang akan bersanding denganMu. Perih sekali saat aku mengetahui ternyata kau ada main dengan wanita yang berambut ikal panjang dan kulit putih bersih seperti iklan body lotion saat ku tahu sosok wanita sainganku. Saat itu aku mulai mencoba mencaritahu siapa wanita yang menjadi sainganku ini. Wanita yang sebenarnya memang biasa - biasa saja seperti diriku. Kini kau telah mengkhianatiku dan kau adalah seorang pembohong besar bagiku.
Wanita yang berkulit putih bersih itu membuatku semakin penasaran. Ku telusuri kehidupan wanita itu, dan ku cari tahu siapa dia sebenarnya. Ternyata, dia adalah teman semasa kecil mu pada saat dikampung halamanmu. Wanita yang menjadi incaran kau saat semasa kecil kini berada disampingmu. Semakin terasa sakit sekali hatiku, setiap kali aku tahu dirinya yang begitu mempesona.
Kau diami diriku, kau tinggalkan diriku begitu saja. Tanpa kau pikirkan bagaimana dengan keadaanku. Semakin aku melihat dirimu, semakin bergetar hati ini yang menusuk ke dalam hati.
Janji - janji manis itu hilang bak ditelan bumi.
***
Masa depan kini sudah melaju dengan cepat. Ingin sekali aku memeluk kesedihan itu tapi saat mengingat semua memori yang pernah ada diotakku rasa kebencian itu yang datang. Karena memang begitu menyakitkan. Usiaku kini sudah 30 tahun bahkan pernikahan bagiku adalah hal yang paling menakutkan. Karena pisau itu ada didalam pernikahan. Tajam dan membunuh itulah pandangan pernikahan bagiku.
Begitulah nasib wanita yang pernah tersakiti.
No comments:
Post a Comment